Kamis, 18 Februari 2016

Peran INA WAE (Permpuan ADONARA) dalam tugas rumah tangga (PART 1)



Ketika Perempuan yang seharusnya menjadi tulang rusuk tetapi lebih banyak menjadi tulang punggung.#ADONARA#
Part 1 ~Peran dalam tugas rumah tangga~

Mengisi waktu luang hari ini,berawal dari postinganku di akun FB beberapa hari lalu “Ketika Perempuan yang seharusnya menajdi tulang rusuk tetapi lebih banyak menjadi tulang punggung.#ADONARA# ketika lelahku menghadirkan pernyataan itu begitu saja.
Ini bukan berarti aku mengeluh karena merasa menjadi tulang punggung,
Bukan tidak suka dengan adat tradisi budaya Adonara terkait hak dan kewajiban perempuan Adonara,saya akui budaya yang melekat membuat perempuan2 Adonara tumbuh menjadi sosok yang tangguh dan hebat.
Tapi tak ada salahnya jika sedikit membaca cela yang muncul dari kebiasaan ini  yang berimbas pada diskriminasi hak hak perempuan dan seolah ada pembiaran bagi para pria untuk tidak melaksanakan kewajiban2nya.
Ada yang berkomentar,postingan facebookku itu seolah mengganggap bahwa “Ama Lake” (Pria Adonara) tidak bekerja,mereka seolah santai saja dan “Ina Wae” (Perempuan Adonara) yang sibuk bekerja untuk mereka.Tidak sepenuhnya demikian,.
Ada yang berkomentar,itulah hebatnya Perempuan Adonara..Yah mereka hebat!!Bagaimana tidak, mereka banyak mengambil alih pekerjaan Ama Lake, Mereka banyak menanggung beban adat yang luar biasa mencekik menurut saya dengan keadaan ekonomi yang pas pasan.Karena beban adat tidak melihat status sosial,kemampuan ekonomi,mereka lebih mengutamakan prestise dan gengsi sosial meski keseharian makan pun susah.
Ada yang berkomentar tulang rusuk atau tulang punggung sama kuatnya,karena dari keduanya tubuh tegak berdiri.Yapppp benar memang,.semua komentar benar adanya.
1 hal yang kembali mengusikku untuk lebih menulis lebih tentang postingan ini adalah cerita pagi ini.Menyapa senyum ramah Kakek tua pagi ini dalam perjalanan 200m dari kontrakan menuju kantor,beliau bergegas ke kebun.Dengan parang n cangkul dipundak kanannya,ditangannya menenteng karung dengan isi perbekalannya,Kakek yang sama yang sering kuamati setiap pulang kantor. Dia dengan seikat kayu bakar dipundaknya.Bahkan tubuh rentanya terlihat sudah kelelahan menanggung berat di pundaknya.
Pagi sore kutemui Bapa ini,kusadari ada yang berbeda darinya dibanding Ama Lake Adonara.
Jarang kutemui Ama Lake menjunjung kayu,jarang kudapati Ama Lake antrian air di tempat tadah air,jarang kutemui Ama Lake mencuci pakaian,jarang kulihat di masyarakatku Ama Lake mengambil bagian dalam tugas tugas rumah tangga,
Pria pria hebat yang kulihat sendiri bagaimana mereka memilah waktu antar jabatan n tugas dirumah adalah Nana Nana ku,.Dari merekalah semua ilmuku berasal,dari merekalah banyak pelajaran hidup kuambil.Karena mereka selalu berbeda dari orang2 kebanyakan.Karena mereka jiwa jiwa yang keras kepala,mendobrak kebiasaan melawan ketidakadilan,menjauh dari kemunafikan sekalipun kadang mereka ‘diasingkan’.
Nana ku yang dalam kapasitas karirnya dengan jabatan yang bagus,tak lantas membuatnya harus melepas tugas2 rumah kepada kami,.Pada prinsipnya makan sama makan,berarti bisa harus bisa memasak juga mencuci piring.Baju sama kotor tau pakai yah tau mencuci.
Dan itu membuat mereka terlihat lebih gentleman,pria pria penuh tanggungjawab.
Saya besar dengan didikan seperti itu,merasa benci dengan rumor rumor kampungan saat Ama Lake mencuci piring,timba air di tempat antri air umum,mencuci pakaian adalah mereka pria pria takut istri bila yang sudah menikah.
Sebagian dari Ama Lake ini bahkan tidak punya pekerjaan tetap,waktu mereka tak banyak tersita untuk suatu yang menghasilkan uang untuk keluarganya,tetapi seolah menjadi dosa besar jika mereka membantu menyelesaikan pekerjaan2 rumah.
Sedang,Ina Wae bahkan lelah mengurus rumah,masih ke kebun,tak jarang mengurus ternak,menjual hasil kebun ke pasar sekedar mencukupi kebutuhan sehari2,kebutuhan sekolah anak2nya,masih harus siap siaga dengan jadwal urusan adat yang hampir tiap hari ada dan terjadi dikampung.Dari urusan orang mati,orang kawin,tetangga hajatan,dan segala hal lainnya karena mereka terbiasa bergotong royong saling menopang mempertahankan tradisi yang dari segi ekonomi sangatlah tak menunjang keadaan mereka.
Masih harus berhutang kesana kemari,beras sekarung buat orang di wilayah lain adalah untuk dikonsumsi tapi di Adonara 40kg berasnya untuk urusan taling(saling balas membalas hantaran saat hajatan) sisanya hanya bisa dinikmati 10kg untuk perut sendiri.
Seiring berjalannya waktu,berharap semoga para Ama Lake bisa mengambil bagian dari pekerjaan rumah tangga Ina Wae,selayaknya Ina Wae yang sudah banyak mengerjakan pekerjaan2 yang seharusnya dilakukan Ama Lake.
Tak bisa kubayangkan apa jadinya jika Ina Wae yang juga adalah wanita karir dengan jam kerja yang lumayan padat masih harus bergumul dengan urusan rumah,dan Ama Lake hanya menjadi penonton n penikmat hasil lelah.
#Mari berbenah,untuk kehidupan yang lebih seimbang#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar