Ketika
Perempuan yang seharusnya menjadi tulang rusuk tetapi lebih banyak menjadi tulang
punggung.#ADONARA#
Part 1 ~Peran dalam tugas rumah tangga~
Mengisi waktu luang hari ini,berawal dari
postinganku di akun FB beberapa hari lalu “Ketika Perempuan yang seharusnya
menajdi tulang rusuk tetapi lebih banyak menjadi tulang punggung.#ADONARA#
ketika lelahku menghadirkan pernyataan itu begitu saja.
Ini bukan berarti aku mengeluh karena merasa
menjadi tulang punggung,
Bukan tidak suka dengan adat tradisi budaya
Adonara terkait hak dan kewajiban perempuan Adonara,saya akui budaya yang
melekat membuat perempuan2 Adonara tumbuh menjadi sosok yang tangguh dan hebat.
Tapi tak ada salahnya jika sedikit membaca cela
yang muncul dari kebiasaan ini yang
berimbas pada diskriminasi hak hak perempuan dan seolah ada pembiaran bagi para
pria untuk tidak melaksanakan kewajiban2nya.
Ada yang berkomentar,postingan facebookku itu
seolah mengganggap bahwa “Ama Lake” (Pria Adonara) tidak bekerja,mereka seolah
santai saja dan “Ina Wae” (Perempuan Adonara) yang sibuk bekerja untuk
mereka.Tidak sepenuhnya demikian,.
Ada yang berkomentar,itulah hebatnya Perempuan
Adonara..Yah mereka hebat!!Bagaimana tidak, mereka banyak mengambil alih
pekerjaan Ama Lake, Mereka banyak menanggung beban adat yang luar biasa
mencekik menurut saya dengan keadaan ekonomi yang pas pasan.Karena beban adat
tidak melihat status sosial,kemampuan ekonomi,mereka lebih mengutamakan
prestise dan gengsi sosial meski keseharian makan pun susah.
Ada yang berkomentar tulang rusuk atau tulang
punggung sama kuatnya,karena dari keduanya tubuh tegak berdiri.Yapppp benar
memang,.semua komentar benar adanya.
1 hal yang kembali mengusikku untuk lebih menulis
lebih tentang postingan ini adalah cerita pagi ini.Menyapa senyum ramah Kakek
tua pagi ini dalam perjalanan 200m dari kontrakan menuju kantor,beliau bergegas
ke kebun.Dengan parang n cangkul dipundak kanannya,ditangannya menenteng karung
dengan isi perbekalannya,Kakek yang sama yang sering kuamati setiap pulang
kantor. Dia dengan seikat kayu bakar dipundaknya.Bahkan tubuh rentanya terlihat
sudah kelelahan menanggung berat di pundaknya.
Pagi sore kutemui Bapa ini,kusadari ada yang
berbeda darinya dibanding Ama Lake Adonara.
Jarang kutemui Ama Lake menjunjung kayu,jarang
kudapati Ama Lake antrian air di tempat tadah air,jarang kutemui Ama Lake
mencuci pakaian,jarang kulihat di masyarakatku Ama Lake mengambil bagian dalam
tugas tugas rumah tangga,
Pria pria hebat yang kulihat sendiri bagaimana
mereka memilah waktu antar jabatan n tugas dirumah adalah Nana Nana ku,.Dari
merekalah semua ilmuku berasal,dari merekalah banyak pelajaran hidup
kuambil.Karena mereka selalu berbeda dari orang2 kebanyakan.Karena mereka jiwa
jiwa yang keras kepala,mendobrak kebiasaan melawan ketidakadilan,menjauh dari
kemunafikan sekalipun kadang mereka ‘diasingkan’.
Nana ku yang dalam kapasitas karirnya dengan
jabatan yang bagus,tak lantas membuatnya harus melepas tugas2 rumah kepada
kami,.Pada prinsipnya makan sama makan,berarti bisa harus bisa memasak juga
mencuci piring.Baju sama kotor tau pakai yah tau mencuci.
Dan itu membuat mereka terlihat lebih
gentleman,pria pria penuh tanggungjawab.
Saya besar dengan didikan seperti itu,merasa benci
dengan rumor rumor kampungan saat Ama Lake mencuci piring,timba air di tempat
antri air umum,mencuci pakaian adalah mereka pria pria takut istri bila yang
sudah menikah.
Sebagian dari Ama Lake ini bahkan tidak punya
pekerjaan tetap,waktu mereka tak banyak tersita untuk suatu yang menghasilkan
uang untuk keluarganya,tetapi seolah menjadi dosa besar jika mereka membantu
menyelesaikan pekerjaan2 rumah.
Sedang,Ina Wae bahkan lelah mengurus rumah,masih
ke kebun,tak jarang mengurus ternak,menjual hasil kebun ke pasar sekedar
mencukupi kebutuhan sehari2,kebutuhan sekolah anak2nya,masih harus siap siaga
dengan jadwal urusan adat yang hampir tiap hari ada dan terjadi dikampung.Dari
urusan orang mati,orang kawin,tetangga hajatan,dan segala hal lainnya karena
mereka terbiasa bergotong royong saling menopang mempertahankan tradisi yang
dari segi ekonomi sangatlah tak menunjang keadaan mereka.
Masih harus berhutang kesana kemari,beras sekarung
buat orang di wilayah lain adalah untuk dikonsumsi tapi di Adonara 40kg
berasnya untuk urusan taling(saling balas membalas hantaran saat
hajatan) sisanya hanya bisa dinikmati 10kg untuk perut sendiri.
Seiring berjalannya waktu,berharap semoga para Ama
Lake bisa mengambil bagian dari pekerjaan rumah tangga Ina Wae,selayaknya Ina
Wae yang sudah banyak mengerjakan pekerjaan2 yang seharusnya dilakukan Ama
Lake.
Tak bisa kubayangkan apa jadinya jika Ina Wae yang
juga adalah wanita karir dengan jam kerja yang lumayan padat masih harus
bergumul dengan urusan rumah,dan Ama Lake hanya menjadi penonton n penikmat
hasil lelah.
#Mari berbenah,untuk kehidupan yang lebih
seimbang#